Selasa, 07 Agustus 2012

Risalah Dzikir Rasulullah Setelah Shalat Fardhu

Risalah ini menerangkan tentang dzikir-dzikir yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setelah shalat fardhu dalam riwayat-riwayat yang shohih atau minimal hasan. Perlu di ketahui bahwa tata cara ibadah kita kepada Allah harus didasari dengan mutaba’ah (mengikuti petunjuk dan praktek Rasulullah) dan menjauhi bentuk tata cara ibadah yang tidak ada contoh dan anjurannya (bid’ah) dari Rasul dan ini merupakan realisasi syahadah kita. Karena segala kebaikan dan kemaslahatan hanya ada pada petunjuk dan contoh dari Rasul serta praktek para sahabat. Segala bentuk dan tata cara peribadatan yang tidak di contohkan oleh Rasul dan para sahabatnya, meskipun dilakukan dengan ikhlas adalah bid’ah yang pasti di tolak oleh Allah. Rasul bersabda: «مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» “Barangsipa mengamalkan suatu amalan (dalam dien ini) yang tidak berdasarkan perintah dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR.Muslim no.1718) Tertolak dalam arti tidak di terima bahkan berdosa, karena menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya. Maka seyogyanya seorang muslim itu merujuk pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya saja. Dzikir setelah setelah sholat fardhu ini di lakukan sendiri-sendiri, karena itulah yang di lakukan Rasul dan para sahabatnya pada waktu mereka selesai melakukan sholat berjama’ah. Hal itu dapat di lihat pada kalimat-kalimat dzikir yang di pergunakan, semuanya memakai isim mufrad (tunggal) bukan jamak (banyak) dan tidak mengapa dzikir di lakukan dengan suara agak keras sebagaimana tercantum dalam hadits Al Bukhori dari Ibnu Abbas. (lihat jilid 1/204 No.841). Selesai salam Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan : اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا Dibaca 3 x «اللهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ» (HR.Muslim No.593) Setelah itu, karena Beliau imam, Beliau menghadap makmum (HR.Al Bukhari Jilid 1/205 No 845), kemudian mengucapkan: «لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ» (HR.Al Bukhari 1/205 No.844 dan muslim No 593.) Kemudian membaca: «لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ، وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ» (HR. Muslim No 594) Kemudian membaca: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ (HR.Abu Dawud No.1522 An Nasai No.1302, sanadnya shahih) Kemudian mengucapkan: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ العُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا – يَعْنِي فِتْنَةَ الدَّجَّالِ – وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ» (HR. Al Bukhari No.2822) Kemudian membaca: سبحان الله الحمد لله الله أكبر Masing-masing 33 x Dilanjutkan membaca : لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. Atau cukup membaca: سبحان الله الحمد لله الله أكبر Masing-masing 33 x Tanpa membaca : لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. (karena jumlahnya sudah genap 100) (HR. Muslim No.596-597) Kemudian membaca ayat kursi: اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (HR. An Nasai dalam Al Kubro 6/9928, Al Mundziri 2/453) di lanjutkan dengan membaca surat Al Ikhlas 1 (satu) kali, Al Falaq 1 (satu) kali dan An Naas 1 (satu) kali. (Abu Dawud no.1523, At Tirmidzi No.2903, An Nasai No.1335) Khusus setelah shalat shubuh dan magrib, ketiga surat di atas di baca masing-masing 3 (tiga) kali. (Abu Dawud 2/86, An Nasai 3/68, Shahih At Tirmidzi 2/8). Juga di lanjutkan menambah dzikir: «لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، يُحْيِي وَيُمِيتُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ Dibaca 10 x (HR. At Tirmidzi 5/515. Ahmad 4/227, lihat Tahrij dalam Zaadul Ma’ad 1/290). PERINGATAN Beberapa hal yang tidak pernah di lakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, para sahabat dan ulama salaf setelah shalat fardhu: Berdo’a secara berjama’ah (lihat Al I’tisham karya imam Asy Syathibi 1/27 Tahqiq Rasyid Ridla). Membaca surat Al Fatihah pada dzikir-dzikir itu (Subulus Salam karya Asy-Shan’ani 1/99 cetakan Dahlan) Membaca 100 x لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ atau lebih. Mengangkat tangan pada do’a seusai shalat fardhu atau seusai dzikir tersebut. (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz: 2/255. Secara umum, berdoa dengan mengangkat tangan memang di syariatkan kecuali pada keadaan/tempat yang tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah dan para sahabat). Saling berjabat tangan seusai shalat fardhu (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz: 2/262). Namun yang menyedihkan, banyak kaum muslimin yang lebih mengutamakan kelima hal di atas sedangkan dzikir yang sunnah mereka tinggalkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang mendekatkan kepada syurga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah di jelaskan pada kalian” (HR. Thabarani dalam Al-Mu’jam Al Kabir No.1647). Ibnu mas’ud berkata: “Sedikit dalam sunnah lebih baik daripada berbuat banyak dalam bid’ah.” (Al I’tisham karya Imam Asy-Syathibi, Tahqiq Rasyid Ridla 1/79). (Abu Sulaiman Aman Abdurrahman)

Sabtu, 03 September 2011

Kisah Nabi MuhammadS.A.W Menjelang Ajal

Pagi itu, Rasulullah dengan
suara terbata memberikan
petuah, "Wahai umatku, kita
semua ada dalam
kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan
bertakwalah kepada-Nya.
Kuwariskan dua hal pada
kalian, sunnah dan Al
Qur'an. Barang siapa
mencintai sunnahku, berati
mencintai aku dan kelak
orang-orang yang
mencintaiku, akan bersama-
sama masuk surga bersama
aku."
Khutbah singkat itu diakhiri
dengan pandangan mata
Rasulullah yang teduh
menatap sahabatnya satu
persatu. Abu Bakar menatap
mata itu dengan berkaca-
kaca, Umar dadanya naik
turun menahan napas dan
tangisnya. Ustman
menghela napas panjang
dan Ali menundukkan
kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang,
saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan
meninggalkan kita semua,"
desah hati semua sahabat
kala nitu. Manusia tercinta
itu, hampir usai menunaikan
tugasnya di dunia. Tanda-
tanda itu semakin kuat,
tatkala Ali dan Fadhal
dengan sigap menangkap
Rasulullah yang limbung
saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat
yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik
berlalu, kalau bisa. Matahari
kian tinggi, tapi pintu
Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya,
Rasulullah sedang terbaring
lemah dengan keningnya
yang berkeringat dan
membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas
tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar seorang yang
berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya
masuk?" tanyanya. Tapi
Fatimah tidak
mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku
sedang demam," kata
Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali
menemani ayahnya yang
ternyata sudah membuka
mata dan bertanya pada
Fatimah, "Siapakah itu
wahai anakku?"."Tak tahulah
ayahku, orang sepertinya
baru
sekali ini aku
melihatnya,"tutur Fatimah
lembut. Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu
dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-olah
bahagian demi bahagian
wajah anaknya itu hendak
dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang
menghapuskan kenikmatan
sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di
dunia. Dialah malaikatul
maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan
ledakan tangisnya.
Malaikat maut datang
menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril
tidak ikut bersama
menyertainya. Kemudian
dipanggillah Jibril yang
sebelumnya sudah bersiap
di atas langit dunia
menyambut ruh kekasih
Allah dan penghulu dunia
ini. " Jibril, jelaskan apa
hakku nanti di hadapan
Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat
lemah. "Pintu-pintu langit
telah terbuka, para malaikat
telah menanti rohmu.
Semua surga terbuka lebar
menanti kedatanganmu,"
kata Jibril. Tapi itu ternyata
tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya
masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?"
Tanya Jibril lagi. "Khabarkan
kepadaku bagaimana nasib
umatku kelak?" "Jangan
khawatir, wahai Rasul Allah,
aku pernah mendengar
Allah berfirman kepadaku:
Kuharamkan surga bagi
siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di
dalamnya," kata Jibril. Detik-
detik semakin dekat,
saatnya Izrail melakukan
tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak
seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-urat
lehernya menegang."Jibril,
betapa sakit sakaratul maut
ini."
Perlahan Rasulullah
mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali yang di
sampingnya menunduk
semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan
wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup,
melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit
yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja
semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada
umatku. "Badan Rasulullah
mulai dingin, kaki dan
dadanya sudah tidak
bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan
hendak membisikkan
sesuatu, Ali mendekatkan
telinganya."Uushiikum bis-
shalaati, wamaa malakat
aimaanukum - peliharalah
shalat dan peliharalah
orang-orang lemah di
antaramu." Di luar, pintu
tangis mulai terdengar
bersahutan, sahabat saling
berpelukan. Fatimah
menutupkan tangan di
wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai
kebiruan. "Ummatii, ummatii,
ummatiii!" - "Umatku,
umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup
manusia mulia yang
memberi sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai
sepertinya? Allaahumma
sholli 'alaa Muhammad
wa'alaihi wasahbihi wasallim.
Betapa cintanya Rasulullah
kepada kita.
Usah gelisah apabila dibenci
manusia kerana masih
banyak yang
menyayangimu di dunia,
tapi gelisahlah apabila
dibenci Allah kerana tiada
lagi yang mengasihmu di
akhirat kelak.

Sumber: zonaunik.com